TEORI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam pembelajaran matematika.guru
perlu memahami teori-teori belajar yang nantinya itulah yang dijadikan pedoman
dalam membuat suatu metode pembelajaran. Ada beberapa teori-teori pembelajaran
matematika menurut para ahli :
1.
Teori Belajar Menurut Van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa :“Tiga unsur utama dalam pengajaran geometri,
yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika
secara terpadu akan dapat meningkatkan kemapuan berfikir siswa kepada tingkatan
berfikir yang lebih tinggi.”
Van
Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar geometri,
yaitu :
a.
Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal
suatu bangun geometri secara keseluruhan namun belum mampu mengetahui adanya
sifat-sifat dari bangun geometri yang dilihatnya.
b.
Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal
sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya.
c.
Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan
memahami sifat-sifat suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan
bangun-bangun geometri yang satu sama yang lainnya saling berhubungan.
d.
Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa telah mampu menarik
kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan
menuju ke hal yang bersifat khusus serta dapat mengambil kesimpulan.
e. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa mulai menyadari pentingnya ketepatan
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap berfikir ini
merupakan tahap berfikir yang paling tinggi, rumit, dan kompleks, karena di
luar jangkauan usia anak-anak SD sampai tingakat SMP.
2.
Teori Belajar Menurut William Brownell
Teori ini menyatakan bahwa :“Belajar matematika merupakan belajar
bermakna, dalam arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti
sebelum sampai pada latihan atau hafalan.”
Brownell
mengemukakan tentang Teori Makna (Meaning
Theory) sebagai pengganti Teori Latihan Hafal/Ulangan (Drill Theory).
Intisari dari teori Drill adalah :
·
Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis
sebagai kumpulan fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
·
Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang
banyak sekali tanpa diperhatikan pengertiannya.
·
Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk
seperti yang akan digunakan nanti dalam kesempatan lain.
·
Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif
dan efisien dengan melalui pengulangan.
Brownell mengemukakan ada 3 keberatan utama
berkenaan dengan teori Drill dalam pengajaran matematika, yaitu :
1. Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang
hampir tidak mungkin dicapai.
2. Keberatan yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan oleh
drill.
3. Tidak memadai dalam pengajaran aritmatika, karena tidak menyediakan
kegiatan untuk berfikir secara kuantitatif.
Sedangkan intisari dari teori makna adalah :
·
Anak harus melihat makna dari apa yang
dipelajarinya.
·
Teori drill dipakai setelah konsep, prisip, dan
proses telah dipahami oleh siswa.
·
Mengembangkan kemampuan berfikir dalam situasi
kuantitatif.
·
Program aritmatika membahas tentang pentingnya
dan makna dari bilangan.
3.
Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner
Teori ini menyatakan bahwa :“Belajar matematika akan lebih berhasil jika
proses pengajaran di arahkan kepada konsep-konsep dan stuktur yang termuat
dalam pokok bahasan yang diajarkan dan dengan menggunakan alat peraga serta
diperlukannya keaktifan siswa tersebut.”
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar
siswa melewati 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat
dalam memanipulasi objek.Yaitu dengan menggunakan benda-benda yang konkrit atau
peritiwa yang biasa terjadi.
Contoh : Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya
memberikannya lagi 3 pinsil.
Berapa banyak pinsil Budi sekarang ?
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan dilakukan siswa
berhubungan dengan mental, di mana siswa mengubah, menandai, dan menyimpan
peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.Misalnya dengan membayangkan
dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialaminya, walaupun benda
tersebut tidak ada dihadapannya lagi atau dengan menggunakan gambar.
Contoh :
!! + !!! = …
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan
mental tersebut dalam bentuk simpul dan bahasa.Anak tidak terikat lagi dengan
objek-objek pada tahap sebelumnya dan sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.
Contoh :
2 pinsil + 3 pinsil = …pinsil
Berdasarkan hasil pengamatannya, Brunner
merumuskan 5 teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu :
·
Teorema Penyusunan
Menerangkan bahwa cara yang terbaik memulai
belajar suatu konsep matematika, dalil, defenisi, dan semacamnya adalah dengan
cara menyusun penyajiannya. Misalnya dalam mempelajari penjumlahan bilangan
positif dan negatif siswa mencoba sendiri dengan menggunakan garis bilangan.
·
Teorema Notasi
Menerangkan bahwa dalam pengajaran suatu
konsep, penggunaan notasi-notasi matematika harus diberikan secara bertahap,
dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
·
Teorema Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Menerangkan bahwa pengontrasan dan
keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari
yang konkrit ke yang lebih abstrak.Dalam hal ini diperlukan banyak
contoh.Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan yang
diberikan.Misalnya menjelaskan persegi panjang, disertai juga kemungkinan
jajaran genjang dan segi empat lainnya selain persegi panjnag.Dengan demikian
siswa dapat membedakan apakah segi empat yang diberikan padanya termasuk
persegi panjang atau tidak.
·
Teorema Pengaitan
Menerangkan bahwa dalam matematika terdapat
hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Di mana
materi yang satu merupakan prasyarat yang harus diketahui untuk mempelajari
materi yang lain.
4.
Teori Belajar Menurut Prof. Robert M. Gagne
Teori ini menyatakan bahwa “Dalam pembelajaran matematika di SD diperlukan objek belajar
matematika dan tipe-tipe belajar.”
1. Objek Belajar Matematika
Menurut Gagne bahwa dalam belajar matematika
dua objek yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.Objek tidak langsung
mencangkup kemampuan menyelidik, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap
positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar.
·
Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas :
a. Fakta-fakta matematika
b. Ketrampilan-ketrampilan matematika
c. Konsep-konsep matematika
d. Prinsip-prinsip matematika
·
Objek-objek tak langsung pembelajaran matematika adalah :
a. Kemampuan berfikir logis
b. Kemampuan memecahkan masalah
c. Sikap positif terhadap matematika
d. Ketekunan
e. Ketelitian
2.
Tipe-Tipe Belajar
Telah dibedakan ke dalam 8 tipe belajar yang
terurut kesukarannya dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Urutan ke
8 tipe belajar itu adalah :
·
Belajar isyarat(signal learning), yaitu belajar sesuatu yang
tidak disengaja.
·
Belajar stimulus respon(stimulus responses learning), yaitu belajar sesuatu dengan sengaja dan responnya adalah
jasmani.
·
Rangkaian gerak(motor learning), yaitu belajar dalam bentuk perbuatan
jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
·
Rangkaian verbal, yaitu berupa perbuatan lisan terurut dari dua
kegiatan atau lebih stimulus respon.
·
Belajar membedakan, yaitu belajar memisahkan rangkaian yang
bervariasi. Ada dua macam belajar membedakan, yaitu :
v Membedakan tunggal, yaitu berupa pengertian siswa terhadap suatu
lambang.
v Membedakan jamak, yaitu membedakan beberapa lambang tertentu.
·
Belajar konsep( concept learning), yaitu belajar atau melihat
sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa.
·
Belajar aturan(rule learning), yaitu memberikan respon terhadap semua
stimulus dengan segala macam perbuatan.
·
Pemecahan masalah(problem solving), yaitu masalah bagi siswa bila sesuatu itu
baru dikenalnya tetapi siswa telah memiliki prasyarat hanya siswa belum tahu
proses algoritmanya.
Taksonomi Gagne
Menurut Gagne tingkah laku manusia sangat
bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan
tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang
bermanfaat dalam proses belajar.Gagne mengemukakan bahwa
ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.
Lima Macam Hasil Belajar Gagne
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau
kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat
psikomotor.Hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut :
1. Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan
kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang
fakta-fakta.
2. Ketrampilan Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual merupakan
kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan
masalah.
Kapabilitas Ketrampilan Intelektual oleh Gagne
dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu :
a. Belajar Isyarat
b. Belajar stimulus Respon
c. Belajar Rangkaian Gerak
d. Belajar Rangkaian Verbal
e. Belajar membedakan
f. Belajar Pembentukan konsep
g. Belajar Pembentukan Aturan
h.
Belajar Memecahkan Masalah
3. Strategi Kognitif
Kapabilitas Strategi Kognitif adalah Kemampuan
untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara
merekam, membuat analisis dan sintesis.
4. Sikap
Kapabilitas Sikap adalah kecenderungan untuk
merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus
tersebut.
5. Ketrampilan motorik
Untuk dapat mengetahui seseorang memiliki
kapabilitas ketrampilan motorik dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan,
dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang
tersebut.
Fase-fase kegiatan Belajar menurut Gagne
Robert M.Gagne adalah seorang ahli psikologi
yang banyak melakukan penelitian diantaranya fase-fase kegiatan belajar yang
dibagi dalam empat fase yaitu :
a. Fase Aprehensi
b. Fase Akuisisi
c. Fase Penyimpanan
d. Fase Pemanggilan
5.
Teori Belajar Menurut Jean Peaget
Teori ini menyatakan bahwa “Jika kita akan memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak didik,
maka kita harus memperhatikan tingkat perkembangan berfikir anak tersebut.”
Dengan
teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental Anak (Mental atau
Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang menyebutnya Teori Tingkat
Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan kemampuan berfikir anak
menjadi empat tahapan yaitu :
• Tahap Sensori Motorik (sejak lahir sampai
dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini,pengalaman
diperoleh melalui perbuatan fisik(gerakan anggota tubuh)dan sensori(koordinasi
alat indra).
• Tahap Pra Operasinal (2 tahunsampaidengan7
tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkrit.Operasi konkrit adalahberupa tindakan- tindakan
kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok objek,menata letak benda
berdasarkan urutan tertentu,dan membilang
• Tahap Operasional Konkrit(7
tahunsampaidengan11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami
konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek
dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
• Tahap Operasional Formal (11 tahundanseterusnya)
Tahap ini merupakantahap akhir dari
perkembangan kognitif secara kualitas.Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan
penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak.Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.
Jadi, agar pelajaran matematika di SD dapat
dimengerti oleh para siswa dengan baik, maka seyogianya mengajarkan sesuatu
bahasan harus diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk dapat menerimanya.
Tahapan perkembangan intelektual atau berfikir
siswa di SD dalam Pembelajran Matematika yaitu :
- Kekekalan Bilangan (Banyak)
Bila anak telah memahami kekekalan bilangan,
amak ia akan mengerti bahwa banyaknya benda-benda itu akan tetap walaupun
letaknya berbeda-beda. Konsep kekekalan bilangan umumnya dicapai oleh siswa
usia 6 sampai 7 tahun.
- Kekekalan Materi (Zat)
Anak baru bisa memahami yang sama atau berbeda
itu dari satu sudut pandang yang tampak olehnya. Belum bisa melihat perbedaan
atau persamaan dari dua karakteristik atau lebih. Hukum kekekalan materi
umumnya dicapai oleh siswa usia 7 sampai 8 tahun.
- Kekekalan panjang
Konsep kekekalan panjang umumnya dicapai oleh
siswa usia 8 sampai 9 tahun.
- Kekekalan luas
Hukum kekekalan luas umumnya dicapai oleh siswa
usia 8 sampai 9 tahun.
- Kekekalan berat
Hukum kekekalan
berat umumnya dicapai oleh siswa usia 9 sampai 10 tahun.
- Kekekalan isi
Usia sekitar 14-15 tahun atau 11-14 tahun anak
sudah memiliki hukum kekekalan isi.
- Tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman di usia SD masih mengalami
kesulitan merumuskan defenisi dengan kata-katanya sendiri. Mereka belum dapat
membuktikan dalil secara baik.
6.
Teori Belajar Menurut Van Eugen
Teori ini menyatakan bahwa “Tujuan pengajaran aritmatika adalah untuk membantu anak memahami suatu
simbol yang mewakili suatu himpunan, kejadian, dam serentetan kegiatan yang
diberi simbol itu harus langsung dialami oleh anak.”
Van Eugen (1949), seorang penganut teori makna
mengatakan bahwa dalam situasi yang bermakna selalu terdapat 3 unsur, yaitu :
a. Ada suatu kejadian (event),
benda (object), atau tindakan (action).
b. Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai
penyataan yang mewakili unsur pertama di atas.
c. Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol yang mengacu kepada
unsur pertama di atas.
Van Eugen membedakan makna (meaning) dan mengerti (understanding),.Mengerti
mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh individu.Individu yang mengerti telah
memiliki hubungan sebab akibat, implikasi logis dan sebaris pemikiran yang
mengandungkan dua atau lebih pernyataan secata logis makna adalah sesuatu yang
dibaca dari sebuah simbol oleh seorang anak. Dengan kata lain anak menyadari
bahwa simbol adalah sesuatu pengganti suatu objek.
7.
Teori Belajar Menurut Edward L. Thondike
Teori belajar ini menyatakan bahwa “Pada hakekatnya belajar merupakan proses
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon dan belajar lebih berhasil bila
respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau
kepuasan.
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan
oleh Thorndike disebut juga dengan koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa
pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukkan hubungan antara stimulus
dan respon.
8.
Teori Belajar Menurut Zoltan P. Dienes
Teori ini menyatakan bahwa “Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam
bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik dan benda atau objek dalam
bentuk pemainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam
pengajaran matematika.”
Dalam
konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :
a. Permainan Bebas (Free Play)
Yaitu dengan melakukan aktifitas yang tidak
berstruktur dan tidak diarahkan.Di mana siswa mengadakan percobaan yang
mengotak-atik benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur yang sedang
dipelajarinya itu.
b. Permainan yang Disertai Aturan (Games)
Siswa meneliti pola-pola dan keteraturan yang
terdapat dalam konsep tertentu.
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for comunities)
Siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
d. Representasi (Representasi)
Yaitu tahap pengambilan kesamaan sifat dari
beberapa situasi yang sejenis.Para siswa menentukan representasi dari
konsep-konsep tertentu yang bersifat abstrak.Dengan demikian telah mengarah
pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abtrak yang terdapat dalam
konsep yang sedang dipelajari.
e. Simbolisasi (Symbolization)
Yaitu merumuskan representasi dari setiap
konsep dengan menggunakan simbol matematika.
f. Formalisasi (Formalization)
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menurutkan
sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
9.
Teori Belajar
Ausubel
Teori ini terkenal dengan
belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai dan bahan
pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan itu dirasakan bermakna bagi
siswa .
Ausubel membedakan antara
belajar menemukan dan belajar menerima.Dalam belajar menerima siswa hanya
menerima dan tinggal meghapalkan materi.Sedangkan pada belajar menemukan,siswa
tidak menerima pelajaran begitu saja,tetapi konsep ditemukan oleh siswa.Belajar
bermakna lebih dilakukan dengan metode penemuan (discovery). Namun demikian,
metode ceramah (ekspositori) bisa juga menjadi belajar bermakna jika
berlajarnya dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, tidak hanya
sampai pada tahap hapalan; bahan pelajaran harus cocok dengan kemampuan siswa
dan sesuai dengan struktur kognitif siswa.
10. Teori Belajar Skinner
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar.Ganjaran merupakan
respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya
subjektif.Penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat
diamati dan diukur.
Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa penguatan
terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif.Contoh penguatan positif
diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak setelah berhasil
menyelesaikan tugas dan sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab
pertanyaan.Skiner menambahkan bahwa jika respon siswa baik(menunjang
efektivitas pencapaian tujuan)harus segera diberi penguatan positif agar respon
tersebut lebih baik lagi,atau minimalnya perbuatan baik itu dipertahankan
11. Teori Belajar Baruda (Belajar dengan Meniru)
Baruda melihat juga adanya kelemahan dalam
teori Skinner, yaitu bahwa respon yang diberikan siswa yang kemudian diberi
penguatan tidaklah esensial, menurutnya yang eseinsial adalah bahwa seseorang
akan belajar dengan baik melalui peniruan, melalui apa yang dilihatnya dari
seseorng, tayangan, dll yang menjadi model untuk ditiru. Pengertian meniru ini
bukan berarti mencontek,tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang
lain,terutama guru.
12. Teori Belajar Polya
Pemecahan masalah merupakan
aktivitas intelektual yang paling tinggi. Pemecahan masalah harus didasarkan
atas adanya kesesuaian dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa, supaya
tidak terjadi stagnasi
Tahapan pemecahan masalah:
1) Memahami masalah
2) membuat rencana/cara penyelesaian masalah
3) menjalankan rencana/menyelesaikan masalahdan
mericek atau melihat kembali
13. Teori Belajar Pavlov
Pavlov mengemukakan konsep
pembiasaan(conditioning). Dalam kegiatan belajar, agar siswa
belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan
Pekerjaan Rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya,
menjelaskannya, atau member nilai terhadap hasil pekerjaannya.
14. Teori Belajar Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa
penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyaratndan latihan hafal atau drill
yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika ada topic-topik di tata
secara urut seperti perkalian bilangan cacah kurang dari sepuluh (
Rosseffendi,19993:115-116).
Tokoh aliran ini adalah John
Dewey.Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan
kesiapan intelektual siswa.
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
15. Teori Belajar Clark Hull
Clark Hull mengemukaan konsep
pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi.Menurutnya tingkah
laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.
16. Teori Belajar Bloom dan Krathwohl
Teori Bloom dan Krathwohl
mengemukakan tiga hal yang bisa dikuasai oleh siswa, meliputi: ranah kognitif,
ranah psikomotor dan ranah Afektif. Tiga ranah itu tercakup dalam teori yang
lebih dikenal sebagai Taksonomi Bloom.
17 . Teori Belajar Kolb
Kolb membagi tahapan belajar ke dalam empat
tahapan, yaitu:
a. pengalaman konkret
b. pengamatan aktif dan reflektif
c. konseptualisasi
d. eksperimentasi aktif
18. Teori BelajarHabermas
Habermas berpendapat bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesama manusia. Lebih lanjut ia mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. belajar teknis
b. belajar praktis
c. belajar emansipatoris
19. Teori Belajar Pask dan Scott
Pask dan Scott juga membagi
proses berpikir manjadi dua macam. Pertama pendekatan serialis yang menyerupai
pendekatan algoritmik yang dikemukakan Landa. Jenis kedua adalah cara berpikir
menyeluruh yaitu berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke
gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
20. Teori Belajar Landa
Menurut Landa ada dua proses
berpikir. Pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir
linier, konvergen, lurus menuju ke satu sasaran. Jenis kedua adalah cara
berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen menuju ke beberapa sasaran sekaligus.
21. John Belajar Dewey
(CTL)
Teori ini menyatakan bahwa
matematika itu harus mengkaitkan bahan pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa menghubungkan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari,
pengalaman sesungguhnya dan penerapannya / manfaatnya
Contoh strategi yang digunakan : authentic, inkuiri,
praktek kerja, pemecahan masalah
22. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya
dengan pembelajaran matematika, yaitu
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan
matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki,
2) Matematika menjadi lebih bermakna karena
siswa mengerti,
3) Strategi siswa lebih bernilai,
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya
mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, tytler (1996: 20) mengajukan
beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru,
4) Memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
5) Mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka,
6) Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
No comments:
Post a Comment