A. PENGERTIAN GESTALT
Aliran Gestalt muncul sekitar tahun 1880 – 1843.Gestalt
berasal dari bahasa Jermanyang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan.Aliran
Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt.
Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam
elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa
itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.(Hana Panggabean, Phil. 2008).
B. TOKOH-TOKOH GESTALT
1. Max Wertheimer
Max
Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologiGestalt.Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April
1880.Ia mendapat gelarPh.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara
tahun 1910-1916, ia bekerja diUniversitas Frankfurt di mana ia bertemu
dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestaltyaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt
Koffka.Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka
(1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt.
Tahun 1910 iamengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan
Koehler dan Koffka yang saatitu sudah menjadi asisten di sana.
Konsep
pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi
rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkandalam waktu singkat
dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukaninterpretasi.
Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif
yangkita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses
fisik tetapi prosesmental sehingga diambil kesimpulan ia menentang
pendapat Wundt.Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah
dia melakukaneksperimen dengan menggunakan alat yang bernama
stroboskop, yaitu alat yangberbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk
dapat melihat ke dalam kotak itu.Di dalamkotak terdapat dua buah garis
yang satu melintang dan yang satu tegak.Kedua gambartersebut
diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang
kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus.Kesan
yang muncul adalahgaris tersebut bergerak dari tegak ke
melintang.Gerakan ini merupakan gerakan yangsemu karena sesungguhnya
garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan
secarabergantian.Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum
Gestalt dalambukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”.
Hukum-hukum itu antaralain Hukum Kedekatan (Law of Proximity), Hukum
Ketertutupan ( Law of Closure), Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka
lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886.Kariernya dalam psikologi
dimulaisejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun
1908. Pada tahun 1910,ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama
kedua orang ini Koffka mendirikanaliran psikologi Gestalt di Berlin.
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajianyang sistematis dan
pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejalapsikologi,
mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar
danpsikologi sosial.Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajardapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi
Gestalt.Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak
ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di
otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita
mempersepsikan sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan
waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu
tidakdapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak,
karena jejaktersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebihbaik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler
lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887.Kohler
memperolehgelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di
Berlin.Ia kemudian pergike Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari
F. Schumman, ia bertemu denganWartheimer dan Koffka.Kohler berkarier
mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur stasiun“Anthrophoid”
dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana pernah
melakukanpenyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya
ditulis dalam buku betajukThe Mentality of Apes (1925). Eksperimennya
adalah : seekor simpanse diletakkan didalam sangkar. Pisang digantung di
atas sangkar.Di dalam sangkar terdapat beberapakotak berlainan
jenis.Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkanpisang itu
tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil,
simpanseitu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan
pisang itu. Tiba-tibahewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun
kotak-kotak yang tersedia untukdijadikan tangga dan memanjatnya untuk
mencapai pisang itu.
Menurut
Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau
problem,maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan
berlangsung sampaimasalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut
Gestalt apabila terdapatketidakseimbangan kognitif, hal ini akan
mendorong organisme menuju ke arahkeseimbangan. Dalam eksperimennya
Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organismedalam hal ini simpanse
dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh denganpengertian atau
dengan insight.
4. Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan
Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt Lewin.Lewinlahir
di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi
thn 1914.Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan
Kohler dan mengambilkonsep psychological field juga dari Gestalt. Pada
saat Hitler berkuasa Lewinmeninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya
di Amerika Serikat.Ia menjadiprofessor di Cornell University dan menjadi
Director of the Research Center for GroupDynamics di Massacusetts
Institute of Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia56 tahun.
Mula-mula
Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia mengkritikteori
Gestalt karena dianggapnya tidak adekuat. Lewin kurang setuju dengan
pendekatanAristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala
kejiwaan.Ia lebih cenderungkearah pendekatan yang Galilean, yaitu yang
mementingkan fungsi kejiwaan. Konseputama Lewin adalah Life Space, yaitu
lapangan psikologis tempat individu berada danbergerak.Lapangan
psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermaknadan
menentukan perilaku individu.Tugas utama psikologi adalah
meramalkanperilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang
eksis dalam lapanganpsikologisnya pada waktu tertentu.Life space terbagi
atas bagian-bagian yang memilikibatas-batas.Batas ini dapat dipahami
sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapaitujuannya.Gerakan
individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalamlapangan
psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong
individumendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
(disequilibrium),maka terjadi ketegangan (tension).Salah suatu teori
Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik.Akibatadanya
vector-vector yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka seseorang
dalamsuatu lapangan psikologis tertentu dapat mengalami konflik
(pertentangan batin) yangjika tidak segera diselesaikan dapat
mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan.
Berdasarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3jenis :
a. Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama bernilaipositif.
b. Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik
ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek yang
sama-samamempunyai nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari kedua
obyek sekaligus.
c. Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan nilai negativesekaligus.
C. PRINSIP DASAR GESTALT
a. Interaksi
antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field.
Setiapperceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan
oleh manusiasebagai figure and ground.Oleh karena itu kemampuan
persepsi ini merupakan fungsibawaan manusia, bukan skill yang
dipelajari.Pengorganisasian ini mempengaruhimakna yang dibentuk.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
‐ Principle
of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktumaupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuktertentu.
‐ Principle
of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus
yangsama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa
persamaan bentuk,warna, ukuran dan kecerahan.
‐ Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuksebelumnya.
‐ Principle
of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara
alamiahmelakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulusyang didapat tidak lengkap.
‐ Principle
of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan
mengisikekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Orang akancenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna
dan sederhana agarmudah diingat.
‐ Principle
of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatandapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar
belakang). Prinsip inimenggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun
tidak, memilih dariserangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai
figure dan mana yangdianggap sebagai ground.
‐ Principle
of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas
otakdengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara
daerah-daerahotak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
E. APLIKASI PRINSIP GESTALT
1. Belajar
Proses
belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses
belajar,terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses
belajar terjadi, seseorangdapat memiliki cara pandang baru terhadap
suatu problem.Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
a. Pengalaman
tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalamperilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam
suatu obyek atauperistiwa.
b. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsuryang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makinjelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari.
c. Perilaku
bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada
tujuan.Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi adaketerkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalanefektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantupeserta didik dalam
memahami tujuannya.
d. Prinsip
ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitandengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkanhendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupanpeserta didik.
e. Transfer
dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasipembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajarterjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari
suatu konfigurasi dalam situasitertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tatasusunanyang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokokyang luas dalam pembelajaran
dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum(generalisasi). Transfer
belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkapprinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untukkemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain.
2. Insight
Pemecahan
masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian
berbagaidugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu
mampumenerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses
trial-error lagi. Konsepinsight ini adalah fenomena penting dalam
belajar, ditemukan oleh Kohler dalameksperimen yang sistematis.Timbulnya
insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan. Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman. Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman ituakan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi. Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d. Latihan. Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yangbersamaan
e. Trial and Error.
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
akanmelakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight
untukmemecahkan masalah tersebut.
3. Memory
Hasil
persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu,jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasionalterhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali
muncul dan terbukti secaraeksperimental.Secara sosial, fenomena ini
juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.Fenomena gossip seringkali berbeda
dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagaisuatu informasi oleh
seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengandilengkapi
oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau
belumdiketahui faktanya.
F. IMPLIKASI GESTALT
a. Pendekatan
fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di
psikologidan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa
studi psikologidapat mempelajari higher mental process,
yang selama ini dihindari karena abstrak,namun tetap dapat
mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologimemainkan peran
yang sangat penting dalam sejarah psikologi.Heidegger adalahmurid Edmund
Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi modern.Husserl adalahmurid
Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang
munculdi Jerman pada akhir pertengahan abad XIX.Kohler dan Koffka
bersama Wertheimeryang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid
Stumpf, dan merekamenggunakan fenomenologi sebagai metode untuk
menganalisis gejala psikologis.Fenomenologi adalah deskripsi tentang
data yang berusaha memahami dan bukanmenerangkan gejala-gejala.
Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatumetode pelengkap untuk
setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulaidengan mengamati
apa yang dialami secara langsung.
b. Pandangan
Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkanide
untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process.Adanya
perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana
prosesprosesmental seperti persepsi, insight,dan problem solving
beroperasi. Tokoh :Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan Kohler
(eksperimen menggunakansimpanse sebagai hewan coba).
G. HUKUM – HUKUM BELAJAR GESTALT
Dalam
hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum
Pragnaz,dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum
yang pokok itu, yaituhukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan,
dan kontinuitas.
Hukum Pragnaz
Pragnaz
adalah suatu keadaan yang seimbang.Setiap hal yang dihadapi oleh
individumempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan
pragnaz tersebut.Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok,
yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
Contohnya :
Garis-garis
di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing
terdiridari dua garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri
di sebelah kanan sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
Contohnya :
Gambar
garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan garis
yangberdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua
pasang garis lagi setelahada garis melintang yang hampir saling
menyambung di antara garis-garis tegak yangberdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan
bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar
denganbentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai
deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.


Pada
gambar diatas, kita akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai dua
garislurus berpotongan, bukan sebagai dua garis menyudut yang saling
membelakangi.
G. PENERAPAN TEORI GESTALT DALAM PROSES BELAJAR
Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses belajar ada baiknya membahas prinsip-prinsipbelajar menurut teori ini yaitu:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi
dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila
individutersebut sudah cukup matang untuk menerimanya.Kematangan dari
individudipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
c. Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional danfisik individu.
d. Terjadinya transfer
Tujuan
dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam
suatusituasi tertentu.Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik
maka dapatdipindahkan pada kemampuan lainnya.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses
belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru.
Dalammenghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah
dimiliki.
f. Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsurunsuryang terkandung dalam suatu masalah.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal
ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan
sehari-hari,sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar
tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah.Belajar
dapatdiperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan
individu setiapwaktu.
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Adapun kelebihan dan kekurangan teori gestalt yaitu : (Manurung, 2010)
Kelebihan : Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses belajar.
Kelebihan : Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam proses belajar.
Kekurangan
: Karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari
keseluruhan, maka dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses
belajar, sebab beban yang harus ditanggung sangatlah banyak.
TEORI PERMAINAN DARI Z.P. DIENES
Zoltan P. Dienes
adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada
cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada
teori pieget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-anak,
sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi
anak yang mempelajari matematika.
Perkembangan
konsep matematika menurut Dienes (Resnick, 1981) dapat dicapai melalui
pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajar
dari konkret ke simbolik. Tahap belajar adalah interaksi yang
direncanakan antara yang satu segmen struktur pengetahuan dan belajar
aktif, yang dilakukan melalui media matematika yang disain secara
khusus. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab
operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara
konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada
anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk
permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran matematika
jika dimanipulasi dengan baik. (http://mejasem.net/edukasi/teori-dienes/)
A. KONSEP MATEMATIKA
Menurut
Dienes (Ruseffendi, 1992:125-127), konsep-konsep matematika akan
berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi
tahap-tahap belajar menjadi tahap, yaitu: (http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori_04.html
1. Permainan Bebas (Free Play)
Dalam
setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep
bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar
konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak
didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan
pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur
mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep
yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic,
anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna, tebal
tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.
2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-poladan
keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini
mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep
yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah,
dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan
memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk
berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas
konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat
logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu. Menurut Dienes,
untuk membuat konsep abstrak, anak didik memerlukan suatu kegiatan untuk
mengumpulkan bermacam-macam pengalaman, dan kegiatan untuk yang tidak
relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan permainan block logic,
anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun yang tipis, atau
yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda berbentuk
segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok
bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep
tipis dan merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis
(tebal), atau tidak merah (biru, hijau, kuning).
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam
mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan
sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih
dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain.
Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada
dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic,
anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal,
anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda
dalam kelompok tersebut (anggota kelompok).
4. Permainan Representasi (Representation)
Representasi
adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para
siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah
mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam
situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini
bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada pengertian
struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep
yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak untuk menemukan banyaknya
diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan pendekatan induktif
seperti berikut ini.
Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segiduapuluhtiga.
0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal .....diagonal ……. diagonal
5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi
termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan
representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol
matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan
mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut, kegiatan
berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang
digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi
merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini
siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian
merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang
telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma,
harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema
berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Pada
tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta
membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai
pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep
yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi
penjumlahan peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya
elemen identitas, dan mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem
matematika. Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton)
berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang
lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara kongkret agar
konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat bahwa
materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment),
sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang
dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI DIENES
Adapun kelebihan dan kekurangan teori diense adalah sebagai berikut (http://ukiakih.blogspot.com/2009/03/teori-belajar.html)
Kelebihan teori belajar Dienes:
1. Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih memahamikonsep dengan benar.
2. Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan.
3. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.
4. Konsep yang lebih dipahami dapat lebih mengakar karena siswa membuktikannya sendiri.
5. Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan siswa dapat menerapkan kedalam situasi yang lain.
Kelemahan teori belajar Dienes :
1. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori ini lebih mengarah kepermainan.
2. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama.
3. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarahkan siswa maka siswa cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.
Referensi :
Hana Panggabean, Phil. 2008. Gestalt. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/gestalt.html
Kristiyanto, AL. 2010. Pembelajaran matematika berdasar teori Dienes. http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori_04.html
_______. 2010. Psikologi Gestalt. http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/presentasi-psikologi-gestalt.pdf
No comments:
Post a Comment